Cari Blog Ini

Minggu, 11 Juni 2017

Chreuëh



Bila tanah sawah sudah selesai dibajak dengan langai (dua sampai tiga kali), berikutnya dilakukan penaburan padi. Dan agar tanah yang telah dibajak tadi menjadi rata, serta juga halus, juga supaya padi yang telah ditabur itu menjadi rata pada seluruh tanah yang dibajak, maka untuk ini digunakan suatu alat yang dalam bahasa Aceh disebut chreuëh (bentuknya sebagaimana gambar berikut).



Bahan untuk membuat alat ini terdiri dari kayu, batang ijuk (enau), bambu, dan besi. Chreuëh ini juga terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1.     Mata chreuëh, dibuat pada umumnya dari besi bulat yang ujungnya runcing, kadang-kadang ada juga yang dibuat dari kayu yang kuat (batang ijuk/enau). Jumlah mata chreueh biasanya sekitar 12 – 15 buah.
2.     éh  chreuëh, bentuknya sama dengan eh langai dan juga dibuat dari batang ijuk/enau yang keras. Gunanya juga untuk dihubungkan pada sapi-sapi yang menarik chreueh ini (biasanya digunakan dua ekor sapi).
3.     Kayè chreuëh, yaitu tempat mata chreuëh dipasangkan (bagian bawah), biasanya dibuat dari sejenis kayu yang kuat yang disebut bak manè (sejenis pohon kayu yang biasanya digunakan untuk tiang-tiang rumah adat tradisional Acèh).
4.   Bak mat chreuëh, secara harafiah artinya pegangan chreuëh/tempat memegangnya. Dibuat dari bambu yang licin agar mudah dipegang.
5.      Yök chreuëh, bahan dan bentuknya sama dengan yök langai (materi yang sama).
6.    Talo jeureubab, yang dibuat dari anyaman rotan sebagai alat pengikat yang ditempatkan di bawah leher sapi (pengikat leher sapi dan yök).

Chreuëh ini biasanya digunakan pada sawah kering (sebelum sawah berair) dan seperti telah disebutkan kegunaannya yaitu untuk meratakan tanah dan juga meratakan padi yang telah ditabur. Banyak juga dipergunakan pada sawah yang berair, dimana bermanfaat juga untuk membersihkan akar-akaran, rumput yang mungkin masih tersisa dalam tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar